Minggu, 07 Oktober 2007

R. U. M. A. H

tulisan ini terinspirasi dari obrolan rutin kecil tengah malam bersama sahabat di tempat kost gw di jakarta, dua minggu ga pulang ke rumah menciptakan tulisan ini. sebagai sesama jomblo gw mencoba sedikit mengusik ke dalam dengan melemparkan sebuah teka teki stupid ini : 'ada sebuah kata, 5 huruf, dengannya lo merasa lengkap, lo merasa aman, lo merasa ada yg dikangenin..' belum selesai gw lanjutkan temen gw menghisap rokok djarum tea dalam dalam, bangkit dari duduknya lalu tanpa menengok ke gw dia hembuskan asapnya dengan sekali kepulan dan menjawab pelan : 'r u m a h' katanya.

terasa begitu gothik untuk gw karena my god yg gw maksud bukanlah kata itu, yah kalian tau lah.

R U M A H

-bayangkanlah setiap kalian tidak mempunyai rumah-

setelah letih bekerja, orang sering bilang : 'gw pulang dulu ya' disitu yang dia maksud adalah rumah, saat kita cemas akan orang yang kita sayangi kita sering kirim sms : 'ntar kabarin ya kalo udah sampe', disitu yg kita maksud juga rumah atau 'tadi malem gw mimpi bisa terbang', mimpinya adalah di dalam rumah. bayangan tentang sebuah rumah adalah sebuah tujuan akhir dan kenyataan tentang sebuah rumah adalah dari sana pula semuanya berawal.

bayangkanlah setiap malam orang orang berputar putar ngga karuan di jalan jalan karena tidak mempunyai apa yang disebut rumah itu, terbayang oleh gw kesedihan hanya karena tidak bisa menyebut kata 'pulang',

rumah itu adalah bangunan aneh. sebagian orang ada yang berlomba lomba memperbagus bentuknya (itu masih wajar) tetapi menjadi tidak lucu bila di antara sebagian orang itu ada yg berlomba lomba mengkoleksi rumah dengan dalih sebagai investasi katanya.. seolah olah tanah dibawahnya terlahir setelah mereka, meninggalkannya kosong begitu saja dan menjadi merana walau mewah sementara ironisnya bagi sebagian yg lain definisi mewah menjadi absurd karena sebuah rumah bisa menjelma dari apa saja dan pintunya pun tidak harus terbuat dari kayu atau besi tetapi bisa terbuat dari bermacam merek kardus TV ataupun sisa sisa sampah kota. hamparan gorong gorong di dekat stasiun gambir yang penuh canda karena lem aibon bisa menjadi rumah, 3 meter tanah di bawah jembatan grogol yang kumuh bisa menjadi rumah, dipan di sepanjang trotoar yang disangga 4 kayu & sebuah tenda biru di perempatan slipi pun adalah sebuah rumah. tapi lihatlah sisi baiknya : sebuah rumah dimanapun itu berada sama sama menawarkan tempat untuk bermimpi, mimpi yg tidak bisa dibeli oleh siapa saja.

-sedikit catatan soal rumah-

gw teringat catatan pinggir filsuf tua : 'ada itu berawal dari ketiadaan', mungkin yg saat itu terlintas di pikiran orangtua itu juga adalah sebuah rumah, tetapi itu adalah sebuah rumah besar yang dihuni oleh 210 juta lebih kepala dengan jutaan masalah yang coba diselesaikan oleh 1 orang pemimpi yang berdiri ragu ragu untuk memimpin orde mimpi dengan tujuan membangun rumah dengan halaman dan pekarangan agar terlihat megah dibanding rumah rumah lainnya padahal sebenarnya rumah rumah itu ada di dalam sebuah rumah lain yang lebih besar yang berada di dalam rumah yang lain dan lainnya...

-buka pintunya dan jadilah orang lain...-

ahh rumah... setiap orang berjalan setiap harinya menuju ke arahnya, kemudian secara rutin memasukinya dan setiap orang juga berjalan setiap harinya secara rutin meninggalkannya.

bagi yang merasa rumah hanyalah sekelebat bayangan tentang bentuknya yg jauh disana seperti gumaman suci rasa rindu temen sy tadi di kostan ini, semoga menjadi merasa rindu juga akan sebuah rumah yang ngga usah dibawa rumit lah tapi rumah yang selalu tampak bagus bentuknya di pikiran kita dimana di setiap temboknya terekam beragam cerita, jutaan tawa dan entah berapa ember air mata.

duh asyiknyaaa, dari dalam kamar kost-an yang membawa gw ke gorong gorong dekat stasiun gambir dan bernostalgia dengan liarnya imajinasi sehingga membiarkan otak gw mengingat sms yang pernah gw kirim ke orang yg gw sayangi lalu terperangkap di balik susunan kata kata filsuf tua hingga terjerumus berbicara politik yang terlalu praktis dan akhirnya sampai kepada pencarian hakikat.. fuiih gw rindu rumah. sebuah rumah yang terbuka bagi setiap orang, sebuah rumah yang tanah dibawahnya adalah sebuah pemberian cuma cuma dari sang maha kuasa dan tak ada yang berhak memilikinya, sebuah rumah yang tidak ada lagi rumah didalamnya....




GLOBAL WARMING....ONE TICKET TO HELL????


Tahun 2040 : 2.000 pulau tenggelam
Mungkin Anda menduga, udara yang
akhir-akhir ini makin panas, bukanlah
suatu masalah yang perlu kita risaukan.
"Mana mungkin sih tindakan satu-dua
makhluk hidup di jagat semesta bisa
mengganggu kondisi planet bumi yang
mahabesar ini?" barangkali begitulah
Anda berpikir.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel
on Cimate Change (IPCC) memublikasikan
hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai
negara. Isinya sangat mengejutkan.
Selama tahun 1990-2005, ternyata telah
terjadi peningkatan suhu merata di
seluruh bagian bumi, antara 0,15 0,3o C.
Jika peningkatan suhu itu terus
berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040
(33 tahun dari sekarang) lapisan es di
kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan
jika bumi masih terus memanas, pada
tahun 2050 akan terjadi kekurangan air
tawar, sehingga kelaparan pun akan
meluas di seantero jagat. Udara akan
sangat panas, jutaan orang berebut air
dan makanan. Napas tersengal oleh asap
dan debu. Rumah-rumah di pesisir
terendam air laut. Luapan air laut makin
lama makin luas, sehingga akhirnya
menelan seluruh pulau. Harta benda akan
lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Di Indonesia, gejala serupa sudah
terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu
minimum kota Polonia (Sumatera Utara)
meningkat 0,17o C per tahun. Sementara,
Denpasar mengalami peningkatan suhu
maksimum hingga 0,87 o C per tahun.
Tanda yang kasatmata adalah
menghilangnya salju yang dulu
menyelimuti satu-satunya tempat bersalju
di Indonesia , yaitu Gunung Jayawijaya
di Papua.
Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di
Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan
Laut, Institut Teknologi Bandung (2007),
pun tak kalah mengerikan. Ternyata,
permukaan air laut Teluk Jakarta
meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu
bumi terus meningkat, maka diperkirakan,
pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta
(seperti : Kosambi, Penjaringan, dan
Cilincing) dan Bekasi (seperti :
Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya)
akan terendam semuanya.
Dengan adanya gejala ini, sebagai warga
negara kepulauan, sudah seharusnya kita
khawatir. Pasalnya, pemanasan global
mengancam kedaulatan negara. Es yang
meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut
lepas dan menyebabkan permukaan laut
bumi termasuk laut di seputar Indonesia
terus meningkat. Pulau-pulau kecil
terluar kita bisa lenyap dari peta bumi,
sehingga garis kedaulatan negara bisa
menyusut. Dan diperkirakan dalam 30
tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di
Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya
itu, jutaan orang yang tinggal di
pesisir pulau kecil pun akan kehilangan
tempat tinggal. Begitu pula asset-asset
usaha wisata pantai.